Kuliahku hari ini selesai lebih cepat. Masih jam 9. Hhmm.. Apa cari sarapan dulu kali, ya?
Akhirnya aku menyusuri jalan Buah Batu, Bandung. Bubur ayam, soto, lontong sayur... Ah, bosan. Aku sedang ingin sarapan yg agak manis.
Dan sekarang tahu-tahu aku sudah duduk di salah satu cafe yang berjualan donat. Memesan satu donat mint dan segelas coklat panas. Udara Bandung pagi ini terlalu sayang jika hanya dinikmati di gerobak bubur ayam.
Banyak tingkah.
Biar saja.
Aku selalu suka jika duduk di kursi paling belakang samping jendela. Di mana pun. Bis, kelas, bahkan saat akan makan begini.
Sambil menunggu coklat panasku agak dingin, aku mengambil sketch book lalu mulai mencoretinya. Seseorang masuk ke cafe ini, memesan sesuatu di kasir. Sepertinya aku mengenalnya, dia juga memandang ke arahku seperti memikirkan hal yang sama.
"Loh, kamu ngapain di sini?" Ah! Benar, dia salah satu kenalan di sebuah forum, tidak usah kuberi tahu detailnya, ya.
"Eh, hai. Kuliah kelar cepet, jadi ya cari sarapan"
"Gaya amat sarapannya donat."
"Daripada sarapan masa lalu, eh sorry, gimana?"
"Haha! Galau mulu! Boleh duduk di sini?" Dia menunjuk kursi kosong di depanku. Basa-basi.
"Kebetulan kursi ini sepertinya emang nunggu kamu untuk dudukin dia." Jayus, memang, sudah bakat.
Akhirnya kami duduk berhadapan, ah, tolong jangan bayangkan ini seperti scene di film romantis. Itu menggelikan.
"Wah, lagi gambar apa?" Dia membuka obrolan lagi.
"Cuma coret-coret." Jawabku sambil terus mencoreti sketchbook, lalu terbentuk gambar entah makhluk apa, kepala besar dan badan kecil.
"Gimana kuliahnya?"
"Kuliah ya gitu, datang-masuk kelas-pulang. Udah. Tiap hari begitu-begitu aja."
Dia tidak bicara lagi dan mulai memotong donatnya, donat dengan sarikaya, di sebelahnya ada secangkir kopi, di samping cangkirnya ada sedikit bercak kopi, mungkin sedikit tumpah karena guncangan saat menyimpannya di meja. Lalu kenapa aku malah memperhatikan cangkir?
Aku melihat ke luar jendela sambil mengunyah donat mint-ku, banyak kendaraan lewat, tentu saja, bodoh.
"Eh iya, ngomong-ngomong.." Dia bicara lagi, teman.
"Ya, kenapa?"
“Haha, engga, lagi sibuk apa? Aku sering liat gambar kamu di instagram atau di blog.”
“wah, thanks, lho! Jadi sedikit tersanjung, tapi ga sampe season 7. Kelamaan.” Jayus lagi. Sudah kubilang, ini bakat.
“kamu sendiri lagi sibuk apa?”
"Aku lagi bikin semacam tulisan tentang orang yang mendapat inspirasi dari orang lain, ya ngumpulin dari cerita orang lain juga sih, kamu mau nyumbang cerita juga?"
"Eh, gimana?"
"Hmm.. Jadi, pernah gak, kamu merasa seseorang mengubah hidup kamu padahal kamu engga kenal dia?"
Aku berpikir sejenak.
"Pernah."
Lalu cerita pun dimulai..
Lho daritadi belum mulai?
Eh? Belum...
Ya elah!
Akhirnya aku menyusuri jalan Buah Batu, Bandung. Bubur ayam, soto, lontong sayur... Ah, bosan. Aku sedang ingin sarapan yg agak manis.
Dan sekarang tahu-tahu aku sudah duduk di salah satu cafe yang berjualan donat. Memesan satu donat mint dan segelas coklat panas. Udara Bandung pagi ini terlalu sayang jika hanya dinikmati di gerobak bubur ayam.
Banyak tingkah.
Biar saja.
Aku selalu suka jika duduk di kursi paling belakang samping jendela. Di mana pun. Bis, kelas, bahkan saat akan makan begini.
Sambil menunggu coklat panasku agak dingin, aku mengambil sketch book lalu mulai mencoretinya. Seseorang masuk ke cafe ini, memesan sesuatu di kasir. Sepertinya aku mengenalnya, dia juga memandang ke arahku seperti memikirkan hal yang sama.
"Loh, kamu ngapain di sini?" Ah! Benar, dia salah satu kenalan di sebuah forum, tidak usah kuberi tahu detailnya, ya.
"Eh, hai. Kuliah kelar cepet, jadi ya cari sarapan"
"Gaya amat sarapannya donat."
"Daripada sarapan masa lalu, eh sorry, gimana?"
"Haha! Galau mulu! Boleh duduk di sini?" Dia menunjuk kursi kosong di depanku. Basa-basi.
"Kebetulan kursi ini sepertinya emang nunggu kamu untuk dudukin dia." Jayus, memang, sudah bakat.
Akhirnya kami duduk berhadapan, ah, tolong jangan bayangkan ini seperti scene di film romantis. Itu menggelikan.
"Wah, lagi gambar apa?" Dia membuka obrolan lagi.
"Cuma coret-coret." Jawabku sambil terus mencoreti sketchbook, lalu terbentuk gambar entah makhluk apa, kepala besar dan badan kecil.
"Gimana kuliahnya?"
"Kuliah ya gitu, datang-masuk kelas-pulang. Udah. Tiap hari begitu-begitu aja."
Dia tidak bicara lagi dan mulai memotong donatnya, donat dengan sarikaya, di sebelahnya ada secangkir kopi, di samping cangkirnya ada sedikit bercak kopi, mungkin sedikit tumpah karena guncangan saat menyimpannya di meja. Lalu kenapa aku malah memperhatikan cangkir?
Aku melihat ke luar jendela sambil mengunyah donat mint-ku, banyak kendaraan lewat, tentu saja, bodoh.
"Eh iya, ngomong-ngomong.." Dia bicara lagi, teman.
"Ya, kenapa?"
“Haha, engga, lagi sibuk apa? Aku sering liat gambar kamu di instagram atau di blog.”
“wah, thanks, lho! Jadi sedikit tersanjung, tapi ga sampe season 7. Kelamaan.” Jayus lagi. Sudah kubilang, ini bakat.
“kamu sendiri lagi sibuk apa?”
"Aku lagi bikin semacam tulisan tentang orang yang mendapat inspirasi dari orang lain, ya ngumpulin dari cerita orang lain juga sih, kamu mau nyumbang cerita juga?"
"Eh, gimana?"
"Hmm.. Jadi, pernah gak, kamu merasa seseorang mengubah hidup kamu padahal kamu engga kenal dia?"
Aku berpikir sejenak.
"Pernah."
Lalu cerita pun dimulai..
Lho daritadi belum mulai?
Eh? Belum...
Ya elah!